Senin, 18 Juli 2011

Amal-amal Selama Di Bulan Ramadhan



Ramadhan punya makna tersendiri di hati umat Islam. Bulan ini adalah bulan rihlah ruhaniyah (wisata rohani). Umat Islam melepas belenggu materialisme dunia dengan menghidupkan dunia ruhiyah. Sebulan penuh umat Islam menjalani proses tadzkiyatun nafs (pembersihan jiwa). Sebulan penuh umat Islam melakukan riyadhatur ruhiyah (olah rohani).

Sebulan penuh umat Islam bagai ulat dalam kepompong Ramadhan. Diharapkan di akhir Ramadhan kondisi rohani mereka secantik kupu-kupu. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” [QS. Al-Baqarah (2): 183]

Amal-amal apa saja yang bisa kita lakukan di bulan Ramadhan agar kita bisa memperoleh derajat takwa?

1. Berpuasa (Shiyam)

Amal yang utama di bulan Ramadhan tentu saja berpuasa. Hal ini diperintahkan Allah swt. dalam Al-Quran surat Al-Baqarah (2) ayat 183-187. Karena itu, agar puasa kita tidak sia-sia, perdalamlah wawasan kita tentang puasa yang benar dengan mengetahui dan menjaga rambu-rambunya. Sebab, puasa bukan sekadar tidak makan dan tidak minum. Tapi, ada rambu-rambu yang harus ditaati. Kata Rasulullah saw., “Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian mengetahui rambu-rambunya dan memperhatikan apa yagn semestinya diperhatikan, maka hal itu akan menjadi pelebur dosa-dosa yang pernah dilakukan sebelumnya.” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi)

Jangan pernah tidak berpuasa sehari pun tanpa alasan yang dibenarkan syariat. Meninggalkan puasa tanpa uzur adalah dosa besar dan tidak bisa ditebus meskipun orang itu berpuasa sepanjang masa. “Barangsiapa tidak puasa pada bulan Ramadhan sekalipun sehari tanpa alasan rukhshah atau sakit, hal itu (merupakan dosa besar) yang tidak bisa ditebus bahkan seandainya ia berpuasa selama hidup,” begitu kata Rasulullah saw. (HR. At-Turmudzi)

Jauhi hal-hal yang dapat mengurangi dan menggugurkan nilai puasa Anda. Inti puasa adalah melatih kita menahan diri dari hal-hal yang tidak benar. Bila hal-hal itu tidak bisa ditinggalkan, maka nilai puasa kita akan berkurang kadarnya. Rasulullah saw. bersabda, “Bukankah (hakikat) puasa itu sekadar meninggalkan makan dan minum, melainkan meninggalkan perbuatan sia-sia dan kata-kata bohong.” (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah). Rasulullah saw. juga berkata, “Barangsiapa yang selama berpuasa tidak juga meninggalkan kata-kata bohong bahkan mempraktikkanya, maka tidak ada nilainya bagi Allah apa yang ia sangkakan sebagai puasa, yaitu sekadar meninggalkan makan dan minum.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Semua itu tidak akan bisa kita lakukan kecuali dengan bersungguh-sungguh dalam melaksankannya. Dengan begitu, puasa yang kita lakukan menghasilkan ganjaran dari Allah berupa ampunNya. Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan sepenuh iman dan kesungguhan, maka akan diampuni dosa-dosa yang pernah dilakukan.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud)

Salah satu bentuk kesungguhan dalam berpuasa adalah, melakukan makan sahur sebelum tiba waktu subuh. Rasulullah saw. menerangkan, “Makanan sahur semuanya bernilai berkah, maka jangan Anda tinggalkan, meskipun hana dengan seteguk air. Alah dan para malaikat mengucapkan salam kepada orang-orang yang makan sahur.”

Selain sahur, menyegerakan berbuka ketika magrib tiba, juga bentuk kesungguhan kita dalam berpuasa. “Sesungguhnya termasuk hamba Allah yang paling dicintai olehNya ialah mereka yang menyegerakan berbuka puasa,” begitu kata Rasulullah saw. Rasulullah saw. memberi contoh bersegera berbuka puasa walaupun hanya dengan ruthab (kurma mengkal), tamar (kurma), atau seteguk air. (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

Selama berpuasa, jangan lupa berdoa. Doa yang banyak. Sebab, doa orang yang berpuasa mustajab. Ini kata Rasulullah saw., “Ada tiga kelompok manusia yang doanya tidak ditolak oleh Allah. Yang pertama ialah doa orang-orang yang berpuasa sehingga mereka berbuka.” (HR. Ahmad dan Turmudzi)

2. Membaca Al-Qur’an (Tilawah)

Al-Qur’an diturunkan perama kali di bulan Ramadhan. Maka tak heran jika Rasulullah saw. lebih sering dan lebih banyak membaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan dibandingkan di bulan-bulan lain. Imam Az-Zuhri berkata, “Apabila datang Ramadhan, maka kegiatan utama kita selain berpuasa adalah membaca Al-Qur’an.” Bacalah dengan tajwid yang baik dan tadabburi, pahami, dan amalkan isinya. Insya Allah, kita akan menjadi insan yang berkah.

Buat target. Jika di bulan-bulan lain kita khatam membaca Al-Qur’an dalam sebulan, maka di bulan Ramadhan kita bisa memasang target dua kali khatam. Lebih baik lagi jika ditambah dengan menghafal satu juz atau surat tertentu. Ini bisa dijadikan program unggulan bersama keluarga.

3. Memberikan makanan (Ith’amu ath-tha’am)

Amal Ramadhan yang juga dianjurkan Rasulullah saw. adalah memberikan santapan berbuka puasa kepada orang-orang yang berpuasa. “Barangsiapa memberi makanan berbuka kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut.” (HR. Turmudzi dan An-Nasa’i)

Sebenarnya memberi makan untuk orang berbuka hanyalah salah satu contoh bentuk kedermawanan yang ingin ditumbuhkan kepada kita. Masih banyak bentuk sedekah yang bisa kita lakukan jika kita punya kelebihan rezeki. Peduli dan sigap menolong orang lain adalah sifat yang ingin dilatih dari orang yang berpuasa.

4. Perhatikan kesehatan

Berpuasa adalah ibadah mahdhah. Tapi orang yang berpuasa juga sebenarnya adalah orang yang peduli dengan kesehatan. Makanya Rasulullah saw. berkata, “Berpuasalah kamu, maka kamu akan sehat.” Tak heran jika selama berpuasa Rasulullah saw. tetap memperhatikan kesehatan giginya dengan bersiwak, berobat dengan berbekam, dan memperhatikan penampilan, termasuk tidak berwajah cemberut.

5. Jaga keharmonisan keluarga

Puasa adalah ibadah yang khusus untuk Allah swt. Tapi, punya efek yang luas. Termasuk dalam mengharmoniskan hubungan keluarga. Jadi, berpuasa bukan berarti menjauh dari istri karena taqarrub kepada Allah sepanjang malam. Bukan juga tiada hari tanpa i’tikaf. Rasulullah saw. berpuasa, tapi juga memenuhi hak-hak keluarganya.

Dalam praktik keseharian, hanya di bulan Ramadhan kita bisa makan bersama secara komplit sekeluarga, baik ketika berbuka atau sahur. Di bulan lain hal ini sulit dilakukan. Keharmonisan keluarga juga bisa kita dapatkan dari shalat berjamaah dan tadarrus bersama.

6. Berdakwah

Selama Ramadhan kita punya kesempatan berdakwah yang luas. Karena, siapapun di bulan itu kondisi ruhiyahnya sedang baik sehingga siap menerima nasihat. Jadi, jangan sia-siakan kesempatan ini. Rasulullah saw. bersabda, barangsiapa menunjuki kebaikan, baginya pahala sebagaimana orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun.

Jika mampu, jadilah pembicara di kultum ba’da sholat zhuhur, ashar, dan subuh di musholah atau masjid. Bisa juga menjadi penceramah di waktu tarawih. Jika tidak bisa berceramah, buat tulisan. Sebarkan ke orang-orang yang Anda temui. Jika tidak bisa, bisa mengambil artikel-artikel dari majalah, fotocopy, lalu sebarkan. Insya Allah, berkah.

Ini sebenarnya hanyalah langkah awal bagi kerja yang lebih serius lagi. Dengan melakukan hal-hal sederhana seperti di atas, sesungguhnya Anda sedang melatih diri untuk menjadi sosok yang bermanfaat bagi orang lain. Kata Rasulullah saw., mukmin yang baik adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.

7. Shalat Tawawih (Qiyamul Ramadhan)

Ibadah sunnah yang khas di bulan Ramadhan adalah shalat tarawih (qiyamul ramadhan). Rasulullah saw., karena khawatir akan dianggap menjadi shalat wajib, melaksanakan shalat tarawih berjamaah bersama para sahabat tidak sepanjang Ramadhan. Ada yang meriwayatkan hanya tiga hari. Saat itu Rasulullah saw. melakukannya secara berjamaah sebanyak 11 rakaat dengan bacaan surat-surat yang panjang. Tapi, di saat kekhawatiran akan diwajibakannya shalat tarawih sudah tidak ada lagi, Umar bi Khattab menyebutkan jumlah rakaat shalat tarawih adalah 21 atau 23 rakaat (HR. Abdur Razzaq dan baihaqi).

Ibnu hajar Al-Asqalani Asy-Syafi’i berkata, “Beberapa riwayat yang sampai kepada kita tentang jumlah rakaat shalat tarawih menyiratkan ragam shalat sesuai dengan keadaan dan kemampuan masing-masing. Kadang ia mampu melaksanakan shalat 11 rakaat, kadang 21, dan terkadang 23 rakaat, tergantung semangat dan antusiasmenya masing-masing. Dahulu mereka shalat 11 rakaat dengan bacaan yang panjang sehingga mereka bertelekan dengan tongkat penyangga, sedangkan mereka shalat 21 atau 23 rakaat, mereka membaca bacaan-bacaan yang pendek dengan tetap memperhatikan masalah thuma’ninah sehingga tidak membuat mereka sulit.”

Jadi, silakan Anda qiyamul ramadhan sesuai dengan kadar kemampuan dan antusiasme Anda.

8. I’tikaf

Inilah amaliyah ramadhan yang selalu dilakukan Rasulullah saw. I’tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan niat beribada kepada Allah swt. Abu Sa’id Al-khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah beri’tikaf pada awal Ramadhan, pertengahan Ramadhan, dan paling sering di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Sayangnya, ibadah ini dianggap berat oleh kebanyakan orang Islam, jadi sedikit yang mengamalkannya. Hal ini dikomentari oleh Imam Az-Zuhri, “Aneh benar keadaan orang Islam, mereka meninggalkan i’tikaf padahal Rasulullah tidak pernah meninggalkannya sejak beliau datang ke Madinah sampai beliau wafat.”

Mudah-mudahan Anda bukan dari golongan yang kebanyakan itu.

9. Lailatul Qadar

Ada bulan Ramadhan ada satu malam yang istimewa: lailatul qadar, malam yang penuh berkah. Malam itu nilainya sama dengan seribu bulan. Rasulullah saw. amat menjaga-jaga untuk bida meraih lailatul qadar. Maka, Beliau menyuruh kita mencarinya di malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Kenapa? Karena, “Barangsiapa yang shalat pada malam lailatul qadar berdasarkan iman dan ihtissab, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” Begitu kata Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Bahkan, untuk mendapatkan malam penuh berkah itu, Rasulullah saw. mengajarkan kita sebuah doa, “Allahumma innaka ‘afuwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii.” Ya Allah, Engkaulah Pemilik Ampunan dan Engkaulah Maha Pemberi Ampun. Ampunilah aku.

10. Umrah

Jika Anda punya rezeki cukup, pergilah umrah di bulan Ramadhan. Karena, pahalanya akan berlipat-lipat. Rasulullah saw. berkata kepada Ummu Sinan, seorang wanita Anshar, agar apabila datang bulan Ramadhan, hendaklah ia melakukan umrah, karena nilainya setara denagn haji bersama Rasulullah saw. (HR. Bukhari dan Muslim)

11. Zakat Fitrah

Zakat fitrah wajib dibayarkan sebelum hari Ramadhan berakhir oleh umat Islam, baik lelaki-perempuan, dewasa maupun anak-anak. Tujuannya untuk mensucikan orang yang melaksanakan puasa dan untuk membantu fakir miskin.

12. Perbanyaklah Taubat

Selama bulan Ramadhan Allah swt. membukakan pintu ampunan bagi hamba-hambanya dan setiap malam bulan Ramadhan Allah membebaskan banyak hambaNya dari api neraka. Karena itu, bulan Ramadhan adalah kesempatan emas bagi kita untuk bertaubat kembali ke fitrah kita.


Jumat, 20 Mei 2011

KETIKA MULUT TAK LAGI BERKATA

Krismansyah Rahadi / Chrisye (1949-2007):
KETIKA MULUT TAK LAGI BERKATA
(Taufiq Ismail)


Tahun 1997 saya bertemu Chrisye sehabis sebuah acara, dan dia berkata, “
Bang, saya punya sebuah lagu, Saya sudah coba menuliskan kata-katanya, tapi
saya tidak puas. Bisakah Abang tolong tuliskan liriknya?” Karena saya suka
lagu-lagu Chrisye, saya katakan bisa.
Saya tanyakan kapan mesti selesai, dia bilang sebulan. Menilik kegiatan saya
yang lain, deadline sebulan itu bolehlah. Kaset lagu itu dikirimkannya,
berikut keterangan berapa baris lirik diperlukan, dan untuk setiap larik
berapa jumlah ketukannya, yang akan diisi dengan suku kata. Chrisye
menginginkan puisi relijius. Kemudian saya dengarkan lagu itu. Indah sekali.
Saya suka betul. Sesudah seminggu, tidak ada ide. Dua minggu begitu juga.
Minggu ketiga inspirasi masih tertutup. Saya mulai gelisah.
Di ujung minggu keempat tetap buntu. Saya heran. Padahal lagu itu cantik
jelita. Tapi kalau ide memang macet, apa mau dikatakan. Tampaknya saya akan
telepon Chrisye keesokan harinya dan saya mau bilang, ” Chris, maaf ya,
macet. Sori.” Saya akan kembalikan pita rekaman itu.
Saya punya kebiasaan rutin baca Surah Yasin. Malam itu, ketika sampai ayat
65 yang berbunyi, A’udzubillahi minasy syaithonirrojim. “Alyauma nakhtimu
‘alaa afwahihim, wa tukallimuna aidhihim, wa tasyhadu arjuluhum bimaa kaanu
yaksibuun” saya berhenti. Maknanya, “Pada hari ini Kami akan tutup mulut
mereka, dan tangan mereka akan berkata kepada Kami, dan kaki mereka akan
bersaksi tentang apa yang telah mereka lakukan.” Saya tergugah.
Makna ayat tentang Hari Pengadilan Akhir ini luar biasa! Saya hidupkan lagi
pita rekaman dan saya bergegas memindahkan makna itu ke larik-larik lagi
tersebut. Pada mulanya saya ragu apakah makna yang sangat berbobot itu akan
bisa masuk pas ke dalamnya.
Bismillah. Keragu-raguan teratasi dan alhamdulillah penulisan lirik itu
selesai. Lagu itu saya beri judul Ketika Tangan dan Kaki Berkata.
Keesokannya dengan lega saya berkata di telepon,” Chris, alhamdulillah
selesai”. Chrisye sangat gembira. Saya belum beritahu padanya asal-usul
inspirasi lirik tersebut.
Berikutnya hal tidak biasa terjadilah. Ketika berlatih di kamar
menyanyikannya baru dua baris Chrisye menangis, menyanyi lagi, menangis
lagi, berkali-kali. Di dalam memoarnya yang dituliskan Alberthiene Endah,
Chrisye Sebuah Memoar Musikal, 2007 (halaman 308-309), bertutur Chrisye:
Lirik yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-satunya lirik dahsyat sepanjang
karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya.
Ada kekuatan misterius yang tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar-benar
benar mencekam dan menggetarkan. Dibungkus melodi yang begitu menyayat, lagu
itu bertambah susah saya nyanyikan! Di kamar, saya berkali-kali menyanyikan
lagu itu. Baru dua baris, air mata saya membanjir. Saya coba lagi. Menangis
lagi.
Yanti sampai syok! Dia kaget melihat respons saya yang tidak biasa terhadap
sebuah lagu. Taufiq memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, Ketika
Tangan dan Kaki Berkata. Lirik itu begitu merasuk dan membuat saya
dihadapkan pada kenyataan, betapa tak berdayanya manusia ketika hari akhir
tiba. Sepanjang malam saya gelisah. Saya akhirnya menelepon Taufiq dan
menceritakan kesulitan saya. “Saya mendapatkan ilham lirik itu dari Surat
Yasin ayat 65…” kata Taufiq. Ia menyarankan saya untuk tenang saat
menyanyikannya. Karena sebagaimana bunyi ayatnya, orang memang sering kali
tergetar membaca isinya. Walau sudah ditenangkan Yanti dan Taufiq, tetap
saja saya menemukan kesulitan saat mencoba merekam di studio. Gagal, dan
gagal lagi. Berkali-kali saya menangis dan duduk dengan lemas. Gila!
Seumur-umur, sepanjang sejarah karir saya, belum pernah saya merasakan hal
seperti ini. Dilumpuhkan oleh lagu sendiri! Butuh kekuatan untuk bisa
menyanyikan lagu itu.

Jumat, 08 April 2011

About Islam

Agama Islam bukan hanya agama rasional tapi juga agama unik sehingga banyak menarik perhatian pemeluk agama lain. Berikut ini beberapa fakta sejarah maupun fakta ilmiahnya:

1. Nama “Muhammad” adalah nama yang paling populer di seluruh dunia (walaupun salah mahomed..mohammed..dll) dan menempati urutan nomor dua di negara Inggris untuk nama bayi laki-laki ( urutan pertama ditempati oleh nama ‘Jack’ )

2. Albania merupakan negara satu-satunya di benua Eropa yang 90% penduduknya beragama Islam

Jumat, 01 April 2011

Ibu...Ibu...



Ada seorang anak yang datang kepada seorang ustadz kemudian mengeluh tentang perbuatan ibunya. Dia mengatakan, "ibu saya itu orangnya kuno dan tidak berpendidikan. Akibatnya saya sebagai anak merasa teraniaya".


Lalu dengan tenang ustadz tersebut mengatakan, "tulislah semua keburukan ibumu". Anak itupun kemudian menuliskan keburukan-keburukan ibunya di atas kertas. Disana tertulis " ibu saya orangnya pemarah, kurang perhatian, pelit, suka mendendam, dan bala-bla-bla."
Setelah selesai, ustadz itupun kemudian berkata, "sekarang tulis secara jujur apa saja jasa dan pengorbanan ibumu!"

Akhirnya anak itu merenung, "sewaktu di perut ibu, sembilan bulan saya menghisap darahnya. Saat itu, ibu sulit berdiri dan berjalanpun berat, bahkan berbaring pun sakit. Tiga bulan pertama ibu merasa mual dan muntah karena ada saya diperutnya. Ketika saya terlahir ke dunia, ibu meregang nyawa antara hidup dan mati. Meskipun bersimbah darah dan sakit tiada terperi, tetapi ibu tetap rela dengan kehadiran saya. bahkan dia malah tersenyum dengan lelehan air mata bahagia melihat saya terklahir.

Ketika sang anak menulis terus pengorbanan ibunya, tak terasa berlinanglah air matanya. Semakin sadar bahwa untaian pengorbanan ibunya sungguh tidak sebanding dengan kebaikan yang telah ia perbuat untuk memuliakan ibunya.
Sejalan dengan cerita diatas tadi Rasulullah pun bersabda


حديث أبي هريرة رضى الله عنه, قال: جاء رجول إلى رسول الله صلعم, فقال: يا رسول الله! من أحق بحسن صحابتي؟ قال: أمك! قال: ثم من؟ قال: أمك! قال: ثم من؟ قال: أمك! قال: ثم من؟ قال: ثم أبوك
رواه البخارى
"Abu Hurairoh R.A berkata: seorang datang kepada Nabi SAW. Dan berkata : ya Rosulullah siapakah orang yagn berhak aku layani? Jawab Nabi SAW: ibumu! Ditanya: kemudian siapa lagi? Jawab nabi SAW ibumu! Ditanya: kemudian siapa lagi? Jawab nabi SAW ibumu. Ditanya: kemudian siapa lagi? Jawab Nabi: Ayahmu!" (H.R Bukhari Muslim)

Dari hadits tersebut, jelaslah betapa Allah melalui lisan Rasulullah SAW benar-benar menilai pengorbanan orang tua, khususnya ibu, sehingga tiga kali beliau menyebutkan nama ibu sebelum ayah. Padahal beliau sendiri hanya bertemu dengan ibunya satu tahun saja, yaitu dari usia 5-6 tahun. Namun beliau begitu mengajrkan penghormatan kepada ibunya, termasuk bagi ibunda kita semua.link..

Sabtu, 19 Maret 2011



Mengenai paham ini ada banyak hal yg bertolak belakang dan bertentangan dengan kebenaran dan diantara beberapa kesalahan mereka, yaitu :
- melarang penghormatan dan takdhim atas Nabi saw dan para shalihin, hal semacam ini masyru’ dan dibenarkan dalam syariah dan diakui dengan hadits2 shahih dan ayat Alqur’an, namun mereka mengingkarinya dan mengharamkannya bahkan mengatakan musyrik bagi yg melakukannya.
- melarang ziarah kubur, tawassul, istighatsah, dan semua bentuk datangnya manfaat dari perantara Nabi saw dan para shalihin pun dimungkiri oleh mereka dan diharamkan, bahkan dimusyrikkan bagi yg melakukannya.
- Dan masih banyak lagi perbuatan mungkar lainnya seperti fatwa bahwa ayah dan ibu nabi adalah musyrik dll.


Thread ini dibuat untuk saling mengingatkan agar kita tidak terjebak dengan pemahaman madzhab sempalan ini karena sebagian kalangan wahabi mengakui bahwa mereka adalah Salafi (orang orang yg mengikuti para salafusshalih dari kalangan para Tabi'in dan sesudahnya dari kalangan para Imam dan Muhaddits), maka kita mesti berhati hati dalam pengakuan mereka.


next ===> Sejarah Wahabi
.

Bagian I.

Asal-usul dan sejarah perkembangannya WAHABI berdasarkan berbagai sumber dan rujukan kitab-kitab yang dapat dipertanggung-jawabkan, diantaranya:
Fitnatul Wahabiyah karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, I'tirofatul Jasus AI-Injizy pengakuan Mr. Hempher, Daulah Utsmaniyah dan Khulashatul Kalam karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, dll.

Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama pendirinya, Muhammad bin Abdul Wahab (lahir di Najed tahun 1111 H / 1699 M). Asal mulanya dia adalah seorang pedagang yang sering berpindah dari satu negara ke negara lain dan diantara negara yang pernah disinggahi adalah Baghdad, Iran, India dan Syam. Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya. Inggris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Bahaiah. Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk dalam target program kerja kaum kolonial dengan alirannya Wahabi.
Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni pengikut madzhab Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah seorang sunni yang baik, begitu pula guru-gurunya. Namun sejak semula ayah dan guru-gurunya mempunyai firasat yang kurang baik tentang dia bahwa dia akan sesat dan menyebarkan kesesatan. Bahkan mereka menyuruh orang-orang untuk berhati-hati terhadapnya. Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar. Setelah hal itu terbukti ayahnya pun menentang dan memberi peringatan khusus padanya. Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama? besar dari madzhab Hanbali, menulis buku bantahan kepadanya dengan judul As-Sawa'iqul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah. Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafi'i, menulis surat berisi nasehat: "Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu dari mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A'dham (kelompok mayoritas) diantara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin?".
Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah sampai hari ini adalah kelompok terbesar. Allah berfirman : "Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (QS: An-Nisa 115)
.

Bagian II.

Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan tawassul, ziarah kubur, maulid nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil akurat yang disampaikan ahlussunnah wal jama'ah berkaitan dengan tawassul, ziarah kubur serta maulid, ditolak tanpa alasan yang dapat diterima. Bahkan lebih dari itu, justru berbalik mengkafirkan kaum muslimin sejak 600 tahun sebelumnya, termasuk guru-gurunya sendiri.
Pada satu kesempatan seseorang bertanya pada Muhammad bin Abdul Wahab, Berapa banyak Allah membebaskan orang dari neraka pada bulan Ramadhan? Dengan segera dia menjawab, Setiap malam Allah membebaskan 100 ribu orang, dan di akhir malam Ramadhan Allah membebaskan sebanyak hitungan orang yang telah dibebaskan dari awal sampai akhir Ramadhan? Lelaki itu bertanya lagi, Kalau begitu pengikutmu tidak mencapai satu person pun dari jumlah tersebut, lalu siapakah kaum muslimin yang dibebaskan Allah tersebut? Dari manakah jumlah sebanyak itu? Sedangkan engkau membatasi bahwa hanya pengikutmu saja yang muslim? Mendengar jawaban itu Ibn Abdil Wahab pun terdiam seribu bahasa. Sekalipun demikian Muhammad bin Abdul Wahab tidak menggubris nasehat ayahnya dan guru-gurunya itu.
Dengan berdalihkan pemurnian ajaran Islam, dia terus menyebarkan ajarannya di sekitar wilayah Najed. Orang-orang yang pengetahuan agamanya minim banyak yang terpengaruh. Termasuk diantara pengikutnya adalah penguasa Dar'iyah, Muhammad bin Saud (meninggal tahun 1178 H / 1765 M) pendiri dinasti Saudi, yang dikemudian hari menjadi mertuanya. Dia mendukung secara penuh dan memanfaatkannya untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Ibn Saud sendiri sangat patuh pada perintah Muhammad bin Abdul Wahab. Jika dia menyuruh untuk membunuh atau merampas harta seseorang dia segera melaksanakannya dengan keyakinan bahwa kaum muslimin telah kafir dan syirik selama 600 tahun lebih, dan membunuh orang musyrik dijamin surga.
Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari sejarah nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy, Tulaihah Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan mengaku nabi, ini tampak sekali ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya dengan julukan Al-Anshar, sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki Al-Muhajirin. Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia harus mengucapkan dua syahadat di hadapannya kemudian harus mengakui bahwa sebelum masuk Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu pula kedua orang tuanya. Dia juga diharuskan mengakui bahwa para ulama? besar sebelumnya telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut dia diterima menjadi pengikutnya, kalau tidak dia pun langsung dibunuh. Muhammad bin Abdul Wahab juga sering merendahkan Nabi SAW dengan dalih pemurnian akidah, dia juga membiarkan para pengikutnya melecehkan Nabi di hadapannya, sampai-sampai seorang pengikutnya berkata : Tongkatku ini masih lebih baik dari Muhammad, karena tongkat-ku masih bisa digunakan membunuh ular, sedangkan Muhammad telah mati dan tidak tersisa manfaatnya sama sekali. Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di hadapan umatnya. Pengikutnya semakin banyak dan wilayah kekuasaan semakin luas. Keduanya bekerja sama untuk memberantas tradisi yang dianggapnya keliru dalam masyarakat Arab, seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid dan sebagainya. Tak mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun kemudian, mereka menyerang Madinah, menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan, menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah Nabi Muhammad.

Rabu, 16 Maret 2011

MENGENAL PRIBADI FATIMAH AZ ZAHRA



Riwayat yang masyhur menyebutkan bahwa Fatimah Zahra AS, hanya sempat mengenyam kehidupan yang singkat. Beliau wafat pada usia yang sangat belia, 18 tahun. Meski singkat, kehidupan beliau banyak mengandung pelajaran berharga. Kehidupan putri Rasul ini, laksana permata indah yang memancarkan cahaya. Pada kesempatan ini, kami ingin mengajak Anda untuk melihat sekelumit dari kepribadian beliau yang agung, untuk dijadikan pedoman, khususnya bagi kaum perempuan.Baca selanjutnya
Tak diragukan lagi, sebagian besar problem dan masalah yang dihadapi umat manusia adalah karena kelalaiannya akan hakikat wujud kemanusiaannya, sehingga dia terjebak dalam tipuan dunia. Sebaliknya, manusia bisa mendekatkan diri kepada Tuhan saat dia mengenal dirinya dan mengetahui tugas yang harus ia lakukan dan pertanggungjawabkan kepada Allah, Sang Pencipta alam kehidupan.
Fatimah Zahra AS, adalah seorang figur yang unggul dalam keutamaan ini. Dalam doanya, beliau sering berucap, “Ya Allah, kecilkanlah jiwaku di mataku dan tampakkanlah keagungan-Mu kepadaku. Ya Allah, sibukkanlah aku dengan tugas yang aku pikul saat Engkau menciptakanku, dan jangan Engkau sibukkan aku dengan hal-hal yang lain.”
Keikhlasan dalam beramal adalah jembatan menuju keselamatan dan keberuntungan. Manusia yang memiliki jiwa keikhlasan akan terbebas dari seluruh belenggu hawa nafsu dan akan sampai ke tahap penghambaan murni. Keikhlasan akan memberikan keindahan, kebaikan, dan kejujuran kepada seseorang. Contoh terbaik dalam hal ini dapat ditemukan pada pribadi agung Fatimah Zahra AS. Seseorang pernah bertanya kepada Imam Mahdi AS, “Siapakah di antara putri-putri Nabi yang lebih utama dan memiliki kedudukan yang lebih tinggi?” Beliau menjawab, “Fatimah.” Dia bertanya lagi, “Bagaimana Anda menyebut Fatimah sebagai yang lebih utama padahal beliau hanya hidup singkat dan tidak lama bersama Nabi?” Beliau menjawab, “Allah memberikan keutamaan dan kemuliaan ini kepada Fatimah karena keikhlasan dan ketulusan hatinya.”
Sayyidah Fatimah dalam munajatnya sering mengungkapkan kata-kata demikian, “Ya Allah, aku bersumpah dengan ilmu ghaib yang Engkau miliki dan kemampuan penciptaan-Mu. Berilah aku keikhlasan. Aku ingin aku tetap tunduk dan menghamba kepada-Mu di kala senang dan susah. Saat kemiskinan mengusikku atau kekayaan datang kepadaku, aku tetap berharap kepada-Mu. Hanya dari-Mu aku memohon kenikmatan tak berujung dan kelapangan pandangan yang tak berakhir dengan kegelapan. Ya Allah, hiasilah aku dengan iman dan masukkanlah aku ke dalam golongan mereka yang mendapatkan petunjuk.”
Kecintaan Fatimah AS kepada Tuhan disebut oleh Rasulullah sebagai buah dari keimanannya yang tulus. Beliau bersabda, “Keimanan kepada Allah telah merasuk ke kalbu Fatimah sedemikian dalam, sehingga membuatnya tenggelam dalam ibadah dan melupakan segalanya.”
Manusia yang mengenal Tuhannya akan menghiasi perilaku dan tutur katanya dengan akhlak yang terpuji. Asma’, salah seorang wanita yang dekat dengan Sayyidah Fatimah AS mengatakan, “Aku tidak pernah melihat seorangpun wanita yang lebih santun dari Fatimah. Fatimah belajar kesantunan dari Dzat yang Mahabenar. Hanya orang yang terdidik dengan tuntunan Ilahi-lah yang bisa memiliki perilaku dan kesantunan yang suci. Ketika Allah swt melalui firman-Nya memerintahkan umat untuk tidak memanggil Rasul dengan namanya, Fatimah lantas memanggil ayahnya dengan sebutan Rasulullah. Kepadanya Nabi bersabda, “Fatimah, ayat suci ini tidak mencakup dirimu.” Dalam kehidupan rumah tangganya, putri Nabi ini selalu menjaga etika dan akhlak. Kehidupan Ali dan Fatimah yang saling menjaga kesantunan ini layak menjadi teladan bagi semua.

Kasih sayang dan kelemah-lembutan Fatimah AS diakui oleh semua orang yang hidup sezaman dengannya. Dalam sejarah disebutkan bahwa kaum fakir miskin dan mereka yang memiliki hajat, akan datang ke rumah Fatimah ketika semua jalan yang bisa diharapkan membantu mengatasi persoalan mereka telah tertutup. Fatimah tidak pernah menolak permintaan mereka, padahal kehidupannya sendiri serba berkekurangan.
Poin penting lain yang dapat dipelajari dari kehidupan dan kepribadian penghulu wanita sejagat ini adalah sikap tanggap dan peduli yang ditunjukkan beliau terhadap masalah rumah tangga, pendidikan dan masalah sosial. Banyak yang berprasangka bahwa keimanan dan penghambaan yang tulus kepada Allah akan menghalangi orang untuk berkecimpung dalam urusan dunia. Kehidupan Sayyidah Fatimah Zahra AS mengajarkan kepada semua orang akan hal yang berbeda dengan anggapan itu. Dunia di mata beliau adalah tempat kehidupan, meski demikian hal itu tidak berarti harus dikesampingkan. Beliau menegaskan bahwa dunia laksana anak tangga untuk menuju ke puncak kesempurnaan, dengan syarat hati tidak tertawan oleh tipuannya. Fatimah AS berkata, “Ya Allah, perbaikilah duniaku bergantungnya kehidupanku. Perbaikilah kondisi akhiratku, karena ke sanalah aku akan kembali. Panjangkanlah umurku selagi aku masih bisa berharap kebaikan dan berkah dari dunia ini…”
Detik-detik akhir kehidupannya telah tiba. Duka dan derita terasa amat berat untuk dipikul oleh putri tercinta Nabi ini. Meski demikian, dengan lemah lembut Fatimah bersimpuh di hadapan Sang Maha Pencipta mengadukan keadaannya. Asma berkata, “Saya menyaksikan saat itu Fatimah AS mengangkat tangannya dan berdoa, “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan perantara kemuliaan Nabi dan kecintaannya kepadaku. Aku memohon kepada-Mu dengan nama Ali dan kesedihannya atas kepergianku. Aku memohon kepada-Mu dengan perantara Hasan dan Husein serta derita mereka yang aku rasakan. Aku memohon kepada-Mu atas nama putri-putriku dan kesedihan mereka. Aku memohon, kasihilah umat ayahku yang berdosa. Ampunilah dosa-dosa mereka. Masukkanlah mereka ke dalam surga-Mu. Sesungguhnya Engkau Dzat Yang Maha Pengasih dari semua pengasih.”
Sebelum ajal datang menjemputnya, Fatimah Zahra AS menghadap kiblat setelah sebelumnya berwudhu. Beliau mengangkat tangan dan berdoa, “Ya Allah, jadikanlah kematian bagai kekasih yang aku nantikan. Ya Allah, curahkanlah rahmat dan inayah-Mu kepadaku. Tempatkanlah ruhku di tengah arwah orang-orang yang suci dan jasadku di sisi jasad-jasad mulia. Ya Allah, masukkanlah amalanku ke dalam amalan-amalan yang Engkau terima.”
Tanggal 3 Jumadi Tsani tahun 11 Hijriyyah, Fatimah Zahra putri kesayangan Nabi menutup mata untuk selamanya. Beliau wafat meninggalkan pelajaran-pelajaran yang berharga bagi kemanusiaan. Hari ini, kami mengucapkan belasungkawa kepada para pecinta keluarga suci Rasul.  
Rasul pernah menyifati putrinya, Fatimah AS dengan sabdanya, “Allah telah memenuhi hati dan seluruh anggota tubuh Fatimah dengan keimanan dan keyakinan.” Kepada putrinya itu, beliau pernah bersabda, “Fatimah, Allah telah memilihmu dan menghiasimu dengan makrifat dan pengetahuan. Dia juga telah membersihkanmu dan memuliakanmu di atas wanita seluruh jagat.“  
Kecintaan Rasulullah SAW kepada Fatimah Zahra AS merupakan satu hal khusus yang layak untuk dipelajari dari kehidupan beliau. Di saat bangsa Arab menganggap anak perempuan sebagai pembawa sial dan kehinaan, Rasul memuliakan dan menghormati putrinya sedemikian besar. Selain itu, Rasulullah SAW biasa memuji seseorang yang memiliki keutamaan. Dengan kata lain, pujian Rasul kepada Fatimah adalah karena beliau menyaksikan kemuliaan pada diri putrinya itu. Nabi SAW tahu akan apa yang bakal terjadi sepeninggalnya kelak. Karena itu, sejak dini beliau telah mengenalkan kemuliaan dan keagungan Fatimah kepada umatnya, supaya kelak mereka tidak bisa beralasan tidak mengenal keutamaan penghulu wanita sejagat itu.
Suatu hari, seorang sahabat bertanya kepada Rasul, “Mengapa Anda tidak memperlakukan anak-anak Anda yang lain seperti Fatimah?” Rasul menjawab, “Engkau tidak mengenal Fatimah. Aku mencium bau surga pada diri Fatimah. Engkau tidak tahu bahwa keredhaan Allah ada pada keredhaan Fatimah dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan Fatimah.”
Kesempurnaan manusia tidak mengenal jenis jantina. Kesempurnaan itu adalah sebuah anugerah yang diberikan Allah kepada hamba-Nya untuk dapat mengenal dirinya lebih dalam. Fatimah adalah contoh nyata dari sebuah kesempurnaan. Dengan mengikuti dan meneladaninya, kesuksesan dan kebahagiaan hakiki yang menghantarkan kepada kesempurnaan akan bisa digapai. Fatimah adalah wanita yang banyak menimba ilmu, makrifat dan hikmah hakiki.  Keluasan ilmunya tampak sekali dalam khotbah yang beliau sampaikan di masjid Nabi, di hadapan para sahabat.
Dalam khotbah itu, Fatimah AS menjelaskan bahwa satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri dan masyarakat adalah dengan memegang teguh agama dan patuh kepada perintah Allah. Beliau yang mengetahui psikologi masyarakatnya menerangkan berbagai kekurangan yang ada di tengah mereka. Dalam khotbah itu, Fatimah AS membawakan berbagai ayat suci Al-Qur’an dan menjelaskan tafsirannya. Peristiwa yang terjadi di masa lalu, sejarah umat-umat terdahulu yang layak dijadikan pelajaran dan bahan peringatan, diungkapkannya. Dalam khotbah tersebut Fatimah sebagai seorang hamba yang saleh dan arif yang hakiki, menjelaskan kecintaannya kepada Sang Maha Pencipta.
 Fatimah Zahra AS, adalah wanita yang mengenal betul kondisi di tengah masyarakat. Beliau sadar akan adanya makar dan tipu daya musuh-musuh Islam. Hal itulah yang kemudian beliau ungkapkan dalam khotbahnya. Singkatnya, Fatimah AS sebagai seorang yang mengetahui seluk beluk politik dan sadar akan kondisi di zamannya, menerangkan kepada semua orang bahwa Islam adalah agama terakhir Tuhan dan syariat yang paling sempurna. Beliau juga menjelaskan bahwa satu-satunya jalan keselamatan adalah dengan mengikuti jejak Ahlul Bait AS.
Berikut ini adalah sekelumit dari khotbah Sayyidah Fatimah Zahra AS di masjid Nabi. “Rasulullah diutus saat seluruh bangsa terpecah-pecah. Mereka menyembah berhala. Meski mengenal Tuhan, mereka mengingkarinya. Dengan perantara Muhammad, Allah menyingkap tabir syirik dan kekafiran. Dia membersihkan kotoran dari hati, dan Dia berikan cahaya di mata. Muhammad dengan cahaya petunjuk bangkit di tengah umat untuk menyelamatkan mereka dari kesesatan dan mengeluarkan mereka dari kegelapan ke cahaya benderang. Dia menggiring umat ke arah agama yang kuat dan mengajak mereka kepada kebenaran.

Selasa, 15 Maret 2011

BUAH PAHIT PACARAN




Istilah ‘Pacaran’ dapat didefinisikan sebagai interaksi intensif antara pria dan wanita yang didasari komitmen perasaan suka atau mencintai, tanpa perlu disahkan lewat satu momentum pernikahan. Seperti lazimnya sebuah interaksi, kegiatan tersebut meninggalkan suatu dampak. Merunut banyak konsep lain yang bertentangan dengan syari’at ALLOH Azza Wa Jalla - yang melalui firman-Nya dalam Al-Qur’an maupun utusan-Nya Muhammad SAW telah mengingatkan akan bahaya berduaan antara lawan jenis yang bukan muhrim di tempat yang sepi, serta peringatan untuk tidak mendekati zina-, maka aktivitas ‘Pacaran’ tersebut, ujung-ujungnya seringkali malah berbuah kesengsaraan terhadap pribadi-pribadi yang terlibat.
Beragam fakta telah menjelaskan betapa aktivitas ‘Pacaran’ mengandung kemudharatan yang besar.
Di berbagai media massa atau barangkali juga di sekitar lingkungan tempat kita tinggal maupun bekerja, kita sering menyimak peristiwa-peristiwa tragis yang disebabkan oleh hubungan bebas antara dua insan lain jenis yang memadu kasihnya di luar koridor syari’at. Maraknya aborsi, pembuangan bayi ataupun kisah seorang gadis yang bunuh diri akibat dinodai lalu ditinggal pergi, merupakan fakta dan realita yang bisa memaparkan betapa buruknya dampak interaksi intensif pria-wanita di luar pengesahan lembaga pernikahan. Anehnya, para remaja seolah-olah menganggap kegiatan tabu tersebut sebagai hal lumrah dan sesuatu yang wajar diecap dalam pergaulan masa-masa pubertas, meski jelas-jelas fakta menunjukkan bahwa hal tersebut bisa mengandaskan masa depan mereka.
Banyak remaja justru merasa minder dan terhina seandainya ia tidak pernah melewati fase berpacaran, terutama saat mereka masih duduk di bangku sekolah. Bahkan ketika tengah kuliah di perguruan tinggi. Mereka malah berusaha keras dengan mengorbankan waktu belajar, tenaga, bahkan uang yang masih berupa suplai dari kedua orang tua, hanya untuk menarik perhatian seseorang yang dikiranya pantas dijadikan kekasih. 






Budaya berpacaran di kalangan remaja, berkembang atas pengaruh dari berbagai kultur wadak yang mudah merasuk, referensif, dan cenderung diadopsi begitu saja oleh kaum remaja. Kultur wadak tersebut dikemas secara menarik dalam film-film bertemakan percintaan, lagu-lagu cinta yang berlirik pujian, pengharapan atau keputus-asaan karena buaian cinta seorang kekasih. Secara mental, film telah mengilhami bagaimana hubungan kedua insan berlainan jenis dijalin melalui ruang-ruang falsafi yang indah.
Tidak cukup dengan pendekatan filosofis saja, film-film populer dengan tema percintaan menyuguhkan pula adegan kontak fisik, mulai dari ‘hanya’ saling menggenggam tangan, berpelukan, berciuman sampai kontak fisik layaknya suami-istri. Visualisasi dari film-film tersebut telah menghadirkan lukisan indah di benak para remaja, sekaligus membangkitkan hasrat naluriah manusia yang mereka punyai. Tetapi, karena belum cukup secara umur dan materi, akhirnya para remaja yang terpengaruh, lebih suka memenuhi kebutuhan psikis dan biologisnya dengan cara berpacaran. Padahal, sarana tersebut tidak lain hanyalah sebuah wadah tipuan setan, yang selalu tampak wajar dan juga seringkali teramat manis dipandang.
Sepantasnya manusia percaya bahwa pilihan ALLOH SWT pasti merupakan pilihan yang terbaik. Jika merasa diri belum cukup mampu untuk menikah, tak perlu menyalurkan hasrat naluriahnya ke dalam sebuah jalinan aktivitas berpacaran. Karena jodoh di tangan ALLOH, seseorang yang kita pacari, bisa jadi bukanlah jodoh kita yang sejati meskipun kita sama-sama berjanji untuk menikah di suatu hari nanti. Banyak pasangan yang berpacaran sampai bertahun-tahun akhirnya malah berpisah, tidak saling menikah. Bayangkan jika kita termasuk orang yang ditakdirkan mengalaminya.
Betapa meruginya kita, jika perhatian, harta, bahkan mungkin penyerahan secara fisik telah kita lakukan, namun semuanya seakan tak berarti ketika ‘si dia’ pergi begitu saja. Sudah barang tentu, suami atau istri yang ditakdirkan menjadi jodoh kita tak akan bisa menempati posisi person yang istimewa. Bahkan pada beberapa kasus, perasaan cemburu dan perasaan tidak istimewa tersebut, seringkali efektif meretakkan keharmonisan sebuah keluarga. Sehingga cita-cita rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah, yang merupakan perwujudan dari ‘surga dunia’, tidak akan pernah kita rasai.
Karena buah pahit dari berpacaran secara faktual dan realita membawa kesengsaraan di masa sekarang dan masa kehidupan yang akan datang, maka seharusnyalah kaum pemuda-pemudi Islam tidak melakukan interaksi intensif yang disebut ‘pacaran’ tadi. Lebih baik kegiatan mereka dialihkan pada berbagai aktivitas merawat fisik, memperindah hati, menekunkan ikhtiar, selagi belum ditakdirkan ALLOH SWT mendapatkan jodoh.
Dengan usaha yang optimal dan istiqomah secara moril dan materil, maka ALLOH pasti memberikan pasangan yang terbaik, yaitu seseorang yang dapat menjalin kasih dan tempat kita mempersembahkan keutuhan diri, karena itulah janji yang termaktub dalam firman-Nya.
Kemesraan akan hadir dengan segala keindahannya, karena dua orang yang taat menjaga kesucian, akan sama-sama merasa istimewa dihadapan pasangannya. Itulah makna hakiki dari hubungan cinta antara seorang lelaki dan seorang wanita yang diberkahi oleh ALLOH Azza wa Jalla. Yang telah Ia jadikan pula sebagai salah satu jalan utama untuk mencapai ridha dan cinta-Nya.

SESUNGGUHNYA INILAH AKU ADANYA




Sesungguhnya aku dapati diriku dalam keadaan telanjang, kemudian Dia beri aku pakaian.
Sesungguhnya aku dapati diriku dalam kebodohan, kemudian Dia beri aku lentera ilmu.
Sesungguhnya aku temui diriku dalam kelemahan iman, fisik dan mental, kemudian Dia beri aku keteguhan dan kekuatan
Sesungguhya aku dapati diriku dalam kesesatan dan kejahiliyahan, kemudian Dia memberi aku petunjuk.
Sesungguhnya aku dapati diriku dalam kegelapan, kemudian Dia beri aku cahaya.
Sesungguhnya aku dapati diriku dalam kebingungan, kemudian Dia beri aku jalan keluar.
Sesungguhnya aku dapati dirku dalam kehinaan dan kerendahan, kemudian Dia beri aku kemuliaan dan izzah serta iffah.
Akulah petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakekat kemanusiaanya di tengah manusia. Akulah patriot yang berjuang menegakkan kehormatan, kebebasan, ketenangan, dan kehidupan yang lebih baik bagi tanah air di bawah naungan Islam yang hanif.
Mimpi-mimpiku hari ini adalah kenyataan hari esok. Yang akan aku wujudkan dengan kerjasama dan azzam yang mantap. Kemudian bumi yang merana ini akan aku cerahkan dengan kesegaran embun fikrah yang aku miliki. Yang berkuasa tidak akan selamanya di pucuk pimpinan. Yang lemah tidak akan selamanya di bawah. Yang berjuang akan menuai hasil gemilang dan berkah, aku pun terus bersiap untuk turut ambil bagian dalam perjuangan itu.
Fikrahku ini akan menang jika kita memiliki iman kuat, tulus dan ikhlas, serta semangat yang berkobar dalam berjuang. Seorang pejuang memiliki empat ciri khas, yaitu iman, ikhlas, semangat dan amal. Dasar iman adalah hati yang hidup, asas ikhlas adalah hati yang suci murni, landasan semangat adalah perasaan yang kuat, sedangkan amal adalah tekat yang selalu segar.
Akan kupegang terus azzamku ini, karena sesungguhnya sholatku, ibadahku, dan matiku hanyalah untuk Allah SWT, Tuhan semesta alam yang tiada sekutu bagi-Nya. Kepada yang demikian itulah aku diperintahkan, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri.
Inilah aku, sedangkan kamu, kamu siapa?

Kamis, 24 Februari 2011

Mangkuk dan Rambut

Suatu kali Rasulullah saw bersama Abu Bakar, Umar bin Khathab, dan Utsman bin Affan bertamu ke rumah Ali bin Abi Thalib. Fatimah, putri Rasul sekaligus istri Ali, menghidangkan madu dalam mangkuk cantik. Ketika madu itu dihidangkan, sehelai rambut terikut di dalam mangkuk. Rasul lalu minta semuanya membuat perbandingan terhadap mangkuk, madu dan sehelai rambut itu.

Abu Bakar memulai, ''Iman itu lebih cantik dari mangkuk cantik ini. Orang beriman lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman lebih susah dari meniti sehelai rambut.''

Umar segera menyahut, ''Kerajaan lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Seorang raja lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil lebih sulit dari meniti sehelai rambut.''

Utsman pun dengan kalem bertutur, ''Ilmu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Orang yang menuntut ilmu lebih manis dari madu, dan beramal dengan ilmu yang dimilikinya lebih sulit dari meniti sehelai rambut.''

Tak mau kalah, Ali menyusul, ''Tamu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Menjamu tamu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang lebih sulit dari meniti sehelai rambut.''

Fatimah pun menyahut, ''Seorang wanita lebih cantik dari mangkuk yang cantik. Wanita yang berpurdah (bercadar) lebih manis dari madu, dan mendapatkan wanita yang tak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut.''

Rasulullah tersenyum, kemudian bersabda, ''Seseorang yang mendapat taufik untuk beramal lebih cantik dari mangkuk yang cantik. Beramal baik lebih manis dari madu, dan berbuat amal dengan ikhlas lebih sulit dari meniti sehelai rambut.''

Jibril pun turut berkata, ''Menegakkan pilar-pilar agama lebih cantik dari mangkuk yang cantik, menyerahkan diri, harta, dan waktu untuk agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut.''

Kemudian Allah SWT berfirman, ''Surga-Ku lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, nikmat surga-Ku lebih manis dari madu, dan jalan menuju surga-Ku lebih sulit dari meniti sehelai rambut.''

Begitulah keseharian Rasulullah dan sahabat, senantiasa berlomba mencari dan memberi yang terbaik. Bagaimana dengan kita?

Wahyu Terakhir Untuk Rasulullah SAW.


Diriwayatkan bahawa surah Al-Maaidah ayat 3 diturunkan sesudah waktu Asar iaitu pada hari Jumaat di Padang Arafah pada musim haji penghabisan (Wada')
Pada masa itu Rasulullah S.A.W. berada di Padang Arafah di atas unta. Ketika ayat ini diturunkan Rasulullah tidak begitu jelas penerimaan nya, untuk mengingati isi dan makna yang terkandung di dalam ayat tersebut, Baginda bersandar pada unta beliau sambil unta tersebut duduk perlahan-lahan.
Setelah itu turun malaikat Jibrail A.S dan berkata:"Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah aku sempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah S.W.T. dan demikian juga apa yang terlarang olehNya. Oleh itu kamu kumpulkan para sahabatmu dan beritahu mereka bahawa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu dengan kamu."
Sebaik sahaja malaikat Jibrail A.S pergi maka Rasulullah S.A.W pun berangkat ke Mekah dan terus ke Madinah.
Setelah Rasulullah S.A.W mengumpulkan para sahabat beliau, maka Rasulullah pun menceritakan apa yang telah di beritahu oleh malaikat Jibrail A.S. Apabila para sahabat mendengar hal demikian maka mereka pun gembira sambil berkata:"Agama kita telah sempurna! agama kita telah sempurna!"
Apabila Abu Bakar mendengar keterangan Rasulullah S.A.W. itu, dia tidak dapat menahan kesedihannya maka dia pun kembali ke rumah lalu mengunci pintu dan menangis. Abu Bakar menangis dari pagi hingga ke malam.
Kisah tentang Abu Bakar r.a menangis telah sampai kepada sahabat yang lain, maka berkumpullah para sahabat di hadapan rumah Abu Bakar r.a dan mereka berkata:"Wahai Abu Bakar, apakah yang telah membuat kamu menangis sehingga sebegini sekali keadaan mu? Sepatutnya kamu berasa gembira sebab agama kita telah sempurna."
Mendengar pertanyaan dari para sahabat maka Abu Bakar r.a pun berkata:" Wahai para sahabatku, kamu semua tidak tahu tentang musibah yang menimpa kamu, tidakkah kamu tahu bahawa apabila sesuatu perkara itu telah sempurna maka akan kelihatan lah kekurangannya. Dengan turunnya ayat tersebut bahawa ianya menunjukkan perpisahan kita dengan Rasulullah S.A.W. Hasan dan Husin menjadi yatim dan para isteri Nabi menjadi janda."
Setelah mendengar penjelasan dari Abu Bakar r.a maka sedarlah mereka akan kebenaran kata-kata Abu Bakar r.a, lalu mereka menangis. Tangisan mereka telah di dengar oleh para shabat yang lain, maka mereka pun terus memberitahu Rasulullah S.A.W. tentang apa yang mereka lihat itu.
Salah seorang dari sahabat berkata:" Ya Rasulullah, kami baru balik dari rumah Abu Bakar r.a dan kami dapati ramai orang menangis dengan suara yang kuat di hadapan rumah beliau."
Apabila Rasulullah mendengar keterangan dari sahabat itu, maka berubahlah muka Rasulullah dan dengan segera beliau bergegas ke rumah Abu Bakar r.a.
Sebaik sahaja Rasulullah sampai di rumah Abu Bakar r.a maka Rasulullah S.A.W melihat kesemua mereka yang menangis dan bertanya. "Wahai sahabatku, kenapakah kamu semua menangis?" Kemudian Ali r.a berkata:" Ya Rasulullah S.A.W., Abu Bakar mengatakan dengan turunnya ayat ini membawa tanda bahawa wafat mu telah dekat. Adakah ini benar, ya Rasulullah?"
Lalu Rasulullah S.A.W. berkata:" Semua yang dikata oleh Abu Bakar r.a adalah benar dan sesungguhnya masa untuk aku meninggalkan kamu semua telah hampir dekat."
Sebaik sahaja Abu Bakar r.a mendengar pengakuan Rasulullah S.A.W maka dia menangis sekuat tenaganya sehingga dia jatuh pengsan sementara Ali r.a pula mengeletar seluruh tubuhnya. Dan para sahabat yang lain menangis dengan sekuat-kuat yang mereka mampu.
Kemudian Rasulullah S.A.W. bersalam dengan para sahabat satu demi satu dan berwasiat kepada mereka. [Kisah Rasulullah S.A.W hidup selepas turunnya ayat terakhir itu ada yang menyatakan 81 hari, 50 hari, 35 hari dan ada juga yang mengatakan 21 hari.]
Pada saat sudah dekat ajal Rasulullah S.A.W., beliau menyuruh Bilah bin Rabah azan untuk mengerjakan solat, lalu berkumpullah para Muhajirin dan Ansar di masjid Rasulullah S.A.W. kemudian Rasulullah menunaikan solat 2 rakaat bersama semua yang hadir. Setelah selesai mengerjakan solat beliau bangun dan naik ke atas mimbar dan berkata: "Alhamdulillah, wahai para muslimin, sesungguhnya saya adalah seorang Nabi yang diutus dan mengajak orang kepada jalan Allah dengan izin Nya, dan saya ini adalah sebagai saudara kandung kamu, yang kasih sayang pada kamu semua seperti seorang ayah. Oleh itu kalau sesiapa mempunyai hak untuk dituntut, maka hendaklah dia bangun dan memberitahu saya sebelum saya dituntut di hari kiamat."
Rasulullah berkata sebanyak tiga kali kemudian bangun seorang lelaki yang bernama 'Ukasyah Bin Muhshan' dan berkata:" Demi ayah dan ibuku Ya Rasulullah S.A.W., kalau anda mengumumkan kepada kami berkali- kali sudah tentu saya tidak mahu mengemukakan hal ini." Lalu 'Ukasyah berkata lagi: "Sesungguhnya dalam perang Badar, saya bersamamu Ya Rasulullah, pada masa itu saya mengikuti unta anda dari belakang, setelah dekat saya pun turun menghampiri anda dengan tujuan supaya dapat mencium peha anda, tetapi anda telah mengambil tongkat dan memukul unta anda supaya berjalan cepat, yang mana pada masa itu anda terpukul pada tulang rusuk saya. Oleh itu saya hendak tahu sama ada anda sengaja atau cuma hendak memukul unta tersebut."
Rasulullah S.A.W. berkata:" Wahai Ukasyah, Rasulullah sengaja memukul kamu."
Kemudian Rasulullah S.A.W. berkata kepada Bilal r.a.: "Wahai Bilal, kamu pergi ke rumah Fatimah dan ambilkan tongkat aku ke mari."
Bilal keluar dari masjid menuju ke rumah Fatimah sambil meletakkan tangannya di atas kepala dengan berkata:"Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk di balas (qishash)."
Setelah Bilal sampai di rumah Fatimah maka Bilal pun memberi salam dan mengetuk pintu. Kemudian Fatimah r.a menyahut dengan berkata:" Siapakah di pintu?"
Lalu Bilal berkata:"Saya Bilal, saya diperintahkan oleh Rasulullah S.A.W. untuk mengambil tongkatnya."
Kemudian Fatimah berkata:" Wahai Bilal, untuk apa ayahku meminta tongkatnya?"
Bilal berkata:"Wahai Fatimah, Rasulullah S.A.W. telah menyediakan dirinya untuk di qishash." Fatimah bertanya lagi:"Wahai Bilal, siapakah manusia yang sampai hatinya untuk mengqishash Rasulullah S.A.W.?"
Bilal tidak menjawab pertanyaan Fatimah r.a., sebaik sahaja Fatimah r.a memberikan tongkat tersebut maka Bilal pun membawa nya kepada Rasulullah S.A.W.
Setelah Rasulullah S.A.W. menerima tongkat tersebut dari Bilal maka beliau pun menyerahkan kepada 'Ukasyah'. Melihat hal yang demikian maka Abu Bakar r.a. dan Umar r.a tampil ke hadapan sambil berkata:"Wahai 'Ukasyah, janganlah kamu qishash baginda Rasulullah S.A.W., tetapi kamu qishashlah kami berdua."
Apabila Rasulullah S.A.W. mendengar kata-kata Abu Bakar dan Umar maka dengan segera baginda berkata:"Wahai Abu Bakar dan Umar, duduk lah kamu sesungguhnya Allah S.W.T. telah menetapkan tempat untuk kamu berdua."
Kemudian Ali r.a. bangun lalu berkata:"Wahai 'Ukasyah! aku adalah orang yang sentiasa berada disamping Rasulullah S.A.W. oleh itu kamu pukul lah aku dan janganlah kamu mengqishash Rasulullah S.A.W."
Lalu Rasulullah S.A.W. berkata:" Wahai Ali, duduklah kamu, sesungguhnya Allah S.W.T. telah menetapkan tempatmu dan mengetahui isi hati mu."
Setelah itu Hasan dan Husin bangun dan berkata:"Wahai 'Ukasyah, bukankah kamu tidak tahu bahawa kami ini adalah cucu Rasulullah S.A.W., kalau kamu mengqishash kami sama dengan kamu mengqishash Rasulullah S.A.W."
Mendengar kata-kata cucunya Rasulullah S.A.W. pun berkata: "Wahai buah hatiku, duduklah kamu berdua."
Rasulullah S.A.W. berkata:" Wahai 'Ukasyah, pukul lah saya kalau kamu hendak memukul."
Kemudian 'Ukasyah berkata:" Ya Rasulullah S.A.W. anda telah memukul saya sewaktu saya tidak memakai baju."
Maka Rasulullah S.A.W. pun membuka baju, sebaik sahaja Rasulullah S.A.W. membuka baju maka menangislah semua yang hadir.
Sebaik sahaja 'Ukasyah melihat tubuh badan Rasulullah S.A.W. maka dia pun mencium beliau dan berkata: "Saya tebus anda dengan jiwa saya, ya Rasulullah S.A.W. Siapakah yang sanggup memukul anda. Saya melakukan begini adalah sebab saya hendak menyentuh badan anda yang dimuliakan oleh Allah S.W.T. dengan badan saya dan Allah S.W.T menjaga saya dari neraka dengan kehormatanmu."
Kemudian Rasulullah S.A.W. berkata:"Dengarlah kamu sekelian, sekiranya kamu hendak melihat ahli syurga, inilah orangnya."
Kemudian semua para jemaah bersalaman atas kegembiraan mereka terhadap peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu para jemaah berkata:" Wahai 'Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah memperolehi darjat yang tinggi dan bertemankan Rasulullah S.A.W. di dalam syurga."
Apabila ajal Rasulullah S.A.W. makin hampir maka beliau pun memanggil para sahabat ke rumah Siti Aisyah r.a dan beliau berkata: "Selamat datang kamu semua semoga Allah S.W.T. mengasihi kamu semua, saya berwasiat kepada kamu semua agar kamu semua bertaqwa kepada Allah S.W.T. dan mentaati segala perintahnya. Sesungguhnya hari perpisahan antara saya dengan kamu semua hampir dekat. Kalau telah sampai ajalku maka hendaklah Ali yang memandikanku, Fadhl bin Abas hendaklah menuangkan air dan Usamah bin Zaid hendaklah menolong keduanya.
Setelah itu kamu kapani aku dengan pakaianku sendiri apabila kamu semua menghendaki, atau kapanilah aku dengan kain Yaman yang putih. Apabila kamu memandikan aku, maka hendaklah kamu letakkan aku diatas diatas balai tempat tidurku dalam rumah ku ini. Setelah itu kamu semua keluarlah sebentar meninggalkan ku.  Setelah itu baru kamu semua masuk beramai-ramai bersolat ke atasku."
Sebaik sahaja para sahabat mendengar ucapan yang sungguh menyayat hati itu maka mereka menangis dengan nada yang keras dan berkata:" Ya Rasulullah S.A.W., anda adalah seorang Rasul yang diutus kepada kami dan untuk semua yang mana selama ini anda memberi kekuatan dalam penemuan kami dan sebagai penguasa yang menguruskan perkara kami. Apabila anda sudah tiada nanti siapakah yang akan kami tanya setiap persoalan yang timbul nanti?"
Kemudian Rasulullah S.A.W. berkata:" Dengarlah para sahabatku aku tinggalkan kamu semua jalan yang benar dan jalan yang terang dan telah aku tinggalkan kepada kamu semua, dua penasihat yang satu daripadanya pandai bicara dan yang satu lagi diam sahaja. Yang pandai bicara itu ialah Al-Quran dan yang diam itu ialah Maut.
Apabila ada sesuatu persoalan yang rumit diantara kamu, maka hendaklah kamu semua kembali kepada Al-Quran dan Hadisku dan sekiranya hati kamu itu berkeras maka lembutlah dia dengan mengambil pengajaran dari mati."
Setelah Rasulullah S.A.W. berkata demikian, maka sakit Rasulullah S.A.W. bermula. Dalam bulan Safar Rasulullah sakit selama 18 hari dan sering diziarahi oleh para sahabat. Dalam sebuah kitab diterangkan bahawa Rasulullah S.A.W. diutus pada hari Isnin dan wafat pada hari Isnin.
Pada hari isnin, sakit Rasulullah S.A.W. bertambah berat, setelah Bilal r.a. selesai azan subuh, maka Bilal r.a pun pergi ke rumah Rasulullah S.A.W. Sesampainya Bilal r.a di rumah Rasulullah S.A.W., maka Bilal r.a pun memberi salam:" Assalamualaikum ya Rasulullah." Lalu dijawab oleh Fatimah r.a: "Rasulullah S.A.W. masih sibuk dengan urusan beliau."
Setelah Bilal r.a mendengar penjelasan dari Fatimah r.a maka Bilal pun kembali ke masjid tanpa memahami kata-kata Fatimah r.a itu.
Apabila waktu subuh hampir hendak lupus, lalu Bilal pergi sekali lagi ke rumah Rasulullah S.A.W. dan memberi salam seperti permulaan tadi, kali ini salam Bilal r.a telah didengar oleh Rasulullah dan baginda berkata:"Masuklah wahai Bilal, sesungguhnya penyakitku ini semakin berat, oleh itu kamu suruhlah Abu Bakar mengimamkan solat Subuh berjemaah dengan mereka yang hadir."
Setelah mendengar kata-kata Rasulullah S.A.W. maka Bilal r.a. pun berjalan menuju ke masjid sambil meletakkan tangannya diatas kepala dengan berkata:" Aduh musibah!"
Sebaik sahaja Bilal sampai di masjid maka Bilal pun memberitahu Abu Bakar tentang apa yang telah Rasulullah S.A.W. kata kan kepadanya.
Abu Bakar tidak dapat menahan dirinya apabila melihat mimbar kosong maka dengan suara yang keras Abu Bakar r.a menangis sehingga jatuh pengsan.
Melihat peristiwa itu, maka riuh rendahlah di dalam masjid sehingga Rasulullah bertanya kepada Fatimah apakah yang berlaku?" Maka Fatimah memberitahu:"Kekecohan kaum muslimin sebab anda tidak pergi ke masjid."
Kemudian Rasulullah memanggil Ali r.a dan Fadhl bin Abas, lalu Rasulullah S.A.W. bersandar kepada kedua mereka dan terus pergi ke masjid. Setelah Rasulullah S.A.W. sampai di masjid maka beliau pun bersolat Subuh bersama dengan para jemaah.
Setelah selesai solat Subuh maka Rasulullah S.A.W. pun berkata: "Wahai kaum muslimin, kamu semua sentiasa dalam pertolongan dan pemeliharaan Allah S.W.T., oleh itu hendaklah kamu semua bertaqwa kepada Allah S.W.T. dan mengerjakan segala perintahNya.Sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia ini dan kamu semua, dan hari ini adalah hari pertama aku di akhirat dan hari terakhir aku di dunia.
Setelah berkata demikian, maka Rasulullah S.A.W. pun pulang ke rumah beliau.
Kemudian Allah mewahyukan kepada malaikat Izrail:"Wahai Izrail, pergilah kamu kepada kekasihku dengan sebaik-baik rupa dan apabila kamu hendak mencabut rohnya maka hendaklah kamu melakukan dengan cara yang paling lembut sekali.Apabila kamu pergi kerumahnya maka minta izinlah terlebih dahulu, kalau di izinkan kamu masuk maka masuklah kamu ke rumahnya dan kalau dia tidak mengizinkan kamu masuk maka hendaklah kamu kembali kepada ku.
Sebaik sahaja malaikat Izrail mendapat perintah dari Allah S.W.T. maka malaikat Izrail pun dengan segera menyerupai seorang Arab Badwi. Setelah malaikat Izrail sampai dihadapan rumah Rasulullah S.A.W. maka dia pun memberi salam:"Assalamu alaikum yaa ahla baitin nunuwwati wa ma danir risaalati aadkhulu?" (Mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu sekelian, wahai penghuni rumah nabi dan sumber risalah, bolehkah saya masuk?")
Apabila Fatimah mendengar orang memberi salam maka dia pun berkata:"Wahai hamba Allah, Rasulullah S.A.W. sedang sibuk sebab sakitnya yang semakin berat."
Kamudian malaikat Izrail berkata lagi seperti permulaannya, dan kali ini seruan malaikat itu telah didengar oleh Rasulullah S.A.W. dan Rasulullah S.A.W. bertanya kepada Fatimah r.a:" Wahai Fatimah, siapakah di depan pintu itu."
Maka Fatimah r.a berkata:"Ya Rasulullah, ada seorang Arab Badwi memanggilmu dan aku telah katakan kepadanya bahawa anda sedang sibuk sebab sakit, sebaliknya dia memandang saya dengan tajam sehingga merasa mengigil badan saya."
Kemudian Rasulullah S.A.W. berkata:"Wahai Fatimah, tahu kah kamu siapakah orang itu?"
Jawab Fatimah:"Tidak ayah."
Dia adalah malaikat Izrail, malaikat yang akan memutuskan segala macam nafsu syahwat yang memisahkan perkumpulan- perkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta meramaikan penghuni kubur."
Fatimah r.a. tidak dapat menahan air matanya lagi setelah mengetahui bahawa saat perpisahan dengan ayahnya telah hampir, dia menangis sepuas-puasnya.
Apabila Rasulullah S.A.W. mendengar tangisan Fatimah maka beliau pun berkata:" Janganlah engkau menangis wahai Fatimah, engkaulah orang pertama dalam keluargaku akan bertemu dengan aku."
Kemudian Rasulullah S.A.W. menjemput malaikat Izrail masuk. Maka malaikat Izrail pun masuk dengan mengucap: "Assalamualaikum ya Rasulullah."
Lalu Rasulullah menjawab:"Wa alaikas saalamu, wahai Izrail engkau datang menziarahi aku atau untuk mencabut rohku?"
Izrail berkata:"Kedatangan saya adalah untuk menziarahi mu dan mengambil roh mu, itupun kalau kamu izinkan, kalau tidak izinkan maka aku akan kembali."
Rasulullah berkata:"Wahai Izrail, dimanakah kamu tinggalkan Jibrail?"
Izrail berkata:"Saya tinggalkan Jibrail A.S. di langit dunia, semua para malaikat sedang memuliakan dia."
Tidak berapa saat kemudian, Jibrail A.S. pun turun dan duduk dekat kepala Rasulullah S.A.W. Apabila Rasulullah S.A.W. melihat kedatangan Jibrail A.S. maka Rasulullah S.A.W. pun berkata:"Wahai Jibrail, tahukah kamu bahawa ajalku sudah dekat?"
Jibrail berkata:" Ya, aku memang tahu."
Rasulullah S.A.W. bertanya lagi:"Wahai Jibrail beritahu kepadaku kemuliaan yang mengembirakan aku disisi Allah S.W.T."
Jibrail A.S. berkata:"Sesungguhnya semua pintu langit telah dibuka, para malaikat bersusun rapi mananti roh mu di langit. Kesemua para bidadari sudah berhias menanti kehadiran rohmu."
Rasulullah S.A.W. berkata:"Sekarang kamu katakan pula tentang umatku pada hari Kiamat nanti."
Jibrail A.S berkata:" Allah S.W.T. telah berfirman: "Sesungguhnya Aku telah melarang semua nabi masuk ke syurga sebelum engkau masuk terlebih dahulu, dan aku juga melarang semua umat memasuki syurga sebelum umat mu memasuki syurga."
Rasulullah S.A.W. berkata:"Wahai Izrail, dekat lah kamu kepadaku."
Setelah itu malaikat Izrail pun memulakan tugasnya apabila roh itu sampai pada pusat, maka Rasulullah S.A.W. pun berkata:"Wahai Jibrail alangkah dasyatnya rasa mati."
Jibrail mengalihkan pandangan dari Rasulullah apabila mendengar kata -kata beliau.
Melihat telatah Jibrail itu, maka Rasulullah pun berkata: "Wahai Jibrail, apakah kamu tidak suka melihat wajahku?"
Jibrail A.S berkata:"Wahai kekasih Allah, siapakah orang yang sanggup melihat wajah mu di kala kamu dalam sakaratul maut?"
Anas bin Malik berkata:"Apabila roh Rasulullah S.A.W. telah sampai di dada beliau bersabda:"Aku wasiatkan kepada kamu semua menjaga solat dan apa-apa yang telah diperintahkan ke atas atasmu."
Ali r.a. berkata:"Sesungguhnya Rasulullah S.A.W.ketika menjelang saat-saat terakhir, telah mengerakkan kedua bibir beliau sebanyak dua kali dan saya meletakkan telinga saya dekat Rasulullah S.A.W. dia berkata:"Umatku, Umatku

Senin, 14 Februari 2011

Valentin "Haram"



Agaknya, ruang pemikiran kita tidak pernah berhenti dari gerogotan virus budaya “inpor” yang tanpa disadari telah mewabah dalam perilaku kesaharian kita. Virus tersebut menularkan pelbagai bentuk penyakit sosial yang semakin hari terus kumat, bahkan tularannya menjangkiti ruang pemahaman keberagamaan. Sehingga tak jarang, fatwa ulama terkecoh oleh realitas, yang seakan menganggap bahwa segala sesuatu memiliki niali positif dan negativ. Akhirnya, para ustaz, ulama dan Intelektual Islam, harus mencari argumentasi yang sedikit lunak, agar terkesan familiar dan bersahabat dengan zaman. Kasus ini paling tidak, bisa ditelisik dalam kasus Valentine’s day yang sampai saat ini menjadi icon dan trend baru generasi muda dalam menyalurkan kasih sayang. Valentine’s day menjadi moment yang seakan ‘rugi’ untuk dilewati, dengan warna pink dan makanan coklatnya yang khas, hari ini dianggap sebagai ruang waktu berkasih sayang, terutama kepada sang kekasih.
Seiring “paksaan” media mencekoki opini public dengan tayangan perayaan hari Valentine, budaya ‘impor’ ini seakan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan romantisme kaula muda. Unik dan anehnya, di tengah kesan ‘kontroversial’ MUI yang memfatwakan haramnya perayaan hari Valentine, tulisan Bahrul Ulum, seorang intelektual dan akademisi Islam, dengan Judul “Valentine Yes Valentine No” di harian Jambi Ekspres (Kamis 14 Februari 2008), seolah ingin menjawab polemic keharaman perayaan Valentine tersebut. Walau, dalam tulisannya itu, tidak memiliki standar, juga  rujukan argumentasi hukum yang jelas antara Valentiene yes atau no. Ketidak jelasan argumentasi hukum tersebut, menurut penulis, akhirnya menjadi jebakan argumentasi relativitas yang akhirnya tidak memiliki “kelamin” hukum yang valid dan tegas.
Ketidak-tegasan sekaligus kegamangan dalam menyikapi Valentine tersebut, setidaknya terlihat dari beberapa urain tulisan Bahrul Ulum (selanjutnya ditulis Bahrul) tersebut, diantaranya: Pertama, bahwa Bahrul terlihat sangat substantif. Ia berusaha memisahkan antara makna Valentine yang menurutnya “sesuai makna dasar”  sejarah Valentine itu sendiri. Dalam ungkapan Valentine Yes-nya, Bahrul seakan berusaha memberi alibi, ternyata di dalam Valentine sendiri tersirat makna fositiv seperti memberikan kado, saling berbagi cerita dan pengalaman pribadi atau reuni teman/sahabat lama sesuai dengan makna dasar Valentine. Juga, Bahrul menambahkan “perayaan Valentine yang minimal dapat ditoleril bila dilakukan dengan bertukar kado sebagai tanda perhatian terhadap kawan spesial atau sahabat, dengan kado yang sederhana, dirayakan ditempat terbuka, tidak ditempat tertutup yang memungkinkan dapat berbuat maksiat, memilih tempat yang sederhana, tidak mengganggu orang lain, tidak berpoya-poya, tidak merayakan dengan waktu yang tidak terbatas dan tentu saja berpakaian yang sopan sesuai dengan adat istiadat dan budaya setempat”. 
Dalam uraian di atas, terkesan bahwa semua perilaku tadi merupakan suatu perbuatan fositiv, sehingga menjadi legitimasi akan “yes”nya perayaan Valentine. Persoalan kemudian adalah, jika perilaku tadi tidak dalam ruang waktu Valentine, mungkin masih debatable. Akan tetapi, jika dalam ruang perayaan yang masih berembelkan Valentine, maka disitulah letak persoalannya. Karena bagaimanapun, penamaan Valentine sangat kental dengan misi dan nilai agama Kristiani, bahkan termasuk persoalan teologis Kristen. Hal ini dapat dilihat dari asal sejarah lahirnya perayaan Valentine. Kisahnya bermula dari raja Claudius II (268-270 M) yang mempunyai kebijakan melarang bala tentaranya untuk menikah. Karena, bagi Claudius II, dengan tidak menikah, para prajurit akan menjadi agresif dan siaga dalam berperang. Kebijakan ini mendapat perlawanan dari Santo Valentine dan Santo Marius dengan melakukan perkawinan secara diam-diam. Akhirnya, perilaku kedua Santo tersebut diketahui oleh raja Claudius II, kemudian memberi hukuman mati kepada Valentine dan Marius. Akhirnya, kematian kedua “pejuang cinta” tersebut diresmikan oleh Paus Galasius pada 14 Pebruari 469 M sebagai hari Valentine. Jika demikian, maka sangat jelas, bahwa perayaan Valentine bagi umat Islam sangat bermasalah, mengingat persoalan teologis merupakan doktrin ajaran suatu agama yang sudah berada dalam ranah “hitam-putih” dan tidak mempunyai ruang untuk dinegosiasikan.
Kedua, dalam ulasan Bahrul, terdapat ungkapan “setidaknya tidak dianggap ketinggalan”. Ungkapan ini sekilas sangat sederhana. Namun, menurut penulis, menyimpan kandungan inferiority yang sangat dahsyat. Sikap inferoiritas ini bahkan telah mewabah ke paradigma pemahaman keberagamaan intelektual Islam. Sehingga, banyak ditemukan para cendekiawan Islam menganggap bahwa Islam menjadi kerikil dari sains dan kemajuan. Agama Islam hanya dijadikan wacana teoritik persoalan  moral  semata, tidak menjadi public system masyarakat. Jadinya,  agama terkurung dalam ruang public reason. Ini artinya, persoalan integritas keberagamaan hanya menjadi patokan moral saja. Fenomena ini bahkan telah mewabah menjadi kelaziman dalam memahami keberagamaan di ruang public, sehingga terkesan bahwa persoalan integritas moral menjadi penting jika itu berkaitan dengan kepentingan individu, namun menjadi subordinate jika berkaitan dengan agama. Inilah buah dari sikap inferior umat yang akhirnya harus mencari interpretasi baru terhadap pemahaman agamanya, walau harus mendobrak ratifikasi dogma agama yang telah mapan. Dengan pelbagai alasan, agama terkadang dikungkung dalam penafsiran keselarasan zaman yang tidak jarang harus “memperkosa” interpretasi subjektifitas “birahi” dengan argumentasi “kebenaran hanyalah milik Tuhan”.    
Ketiga, secara tersirat, adanya karancuan dalam menyikapi perayaan Valentine’s day. Apakah ini berada dalam wilayah agama atau hanya persoalan budaya semata. Saudara Bahrul terkesan ambivalen memposisikan “fatwa”nya. Dan kedua posisi itu menjadi samar untuk ditarik ke dalam wilayah agama atu budaya.
Pada satu sisi, mewacanakan Valentine dalam wilayah agama, sehingga nilai normatifitas yang diusungkan sangat berbau bahasa agama. Walau tidak memberi argumentasi yang jelas terhadap landasan “fatwa”nya itu. Ini tercermin dari ungkapan “dirayakan ditempat terbuka, tidak ditempat tertutup yang memungkinkan dapat berbuat maksiat”.pemakaian  kata ‘maksiat” jelas sekali kental bahasa agama. Namun, sejauh mana pengelaborasian kata maksiat tersebut disandarkan? Penjelasan maksiat jelas sangat normativ, membutuhkan legitimasi bahasa agama dalam mendefenisikannya. Namun pada sisi lain, wacana Valentine diembelkan dengan budaya. Ungkapan Valentine ditarik ke dalam kancah budaya yang hanya “sekedar sarana penyampaian perhatian, kasih sayang”. Titik krusialnya adalah, jika harus dibungkus dalam bahasa budaya, bukankah budaya Valentine lahir dari produk agama?                                                 
Memang, ada ungkapan “alhikmah dhallat lilmukminin, aina wajadaha fahuwa ahaqqu biha” (kebaikan itu banyak telah hilang dari kaum muslimin, maka dimanapun kamu menemuinya, kamu lebih berhak untuk menerimanya). Akan tetapi, dalam kasus Valentine’s day  ini, sangat sulit memilah antara nilai yang ada didalamnya dengan formalisasi ritualitasnya. Bahkan faktanya, justru Valentine’s day dan kemaksiatan (dalam kacamata agama), seperti seks bebas, miras, hura-hura dan pacaran menjadi dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Dengan demikian sangat tepat, jika MUI memmfatwakan perayaan Valentine’n day bagi seorang muslim hukumnya Haram. Bukankah ada kaidah hukum telah bertutur “al-ridha bi al-syai’I, ridha bima yatawalladu minhu” (menyukai sesuatu, berarti menerima efek yang dilahirkannya). Semoga Tidak! Waaalhu ‘alam  


oleh : Hermanto Harun
  

Rabu, 09 Februari 2011

Wanita dan Rasa Kue






Oleh : Muhtadi Kadi

Ibnu Abbas bukan cuma seorang yang pandai dan cerdik, tetapi juga tampan. Banyak gadis tergila-gila padanya. Namun, dia hanya ingin beristri wanita salihah. Allah mengabulkan keinginannya.

Pada suatu hari, istrinya diajak bersilaturahmi ke semua kerabat dan handai taulan. Tetapi, orang-orang, terutama kaum lelaki, selalu lebih melirik pada sang istri ketimbang Ibnu Abbas. Ibnu Abbas merasakan lirikan itu penuh nafsu dan gairah. Hal ini membuatnya galau.

Akhirnya, Ibnu Abbas mengundang para rekan dan kerabatnya berkunjung kerumahnya. Dia menyediakan mereka hidangan kue berbentuk sama, tetapi beraneka warna, mulai dari putih, coklat, kuning, dan hitam. Ibnu Abbas mempersilakan para tamunya mencicipi hidangan itu.
''Wah, kue yang coklat ini lezat,'' bisik seorang tamunya.

''Tetapi, kue yang putih ini juga nikmat,'' bisik tamu lainnya.
Tamu yang telah mencicipi kue coklat itu tidak percaya, lalu mencoba kue-kue yang disarankan rekan-rekannya. ''Nah, rasanya sama 'kan dengan kue yang berwarna coklat tadi?'' tanya seorang rekannya.

Selasa, 08 Februari 2011

Surga Neraka








Imam Ahmad dalam kitabnya  Al-Musnad menyebutkan bahwa Al-Bara' ibn  'Azib pernah berkisah sebagai berikut:
Kami pernah keluar bersama Rasululah sawk.gif (994 bytes)untuk mengantarkan jenazah serang laki-laki dari shahabat Anshar, kemudian sampailah kami ke pekuburan tersebut. Setelah mayat tersebut dikebumikan, Rasulullah sawk.gif (994 bytes)duduk,  kami pun duduk di sekitarnya dengan tenang sehingga seakan-akan kepala kami dihinggapi seekor burung. Tangan beliau memegang sebatang kayu dan mencocok-cocokkan ke tanah. Kemudian beliau mengangkat kepalanya dan bersabda, "Berlindunglaj kalian kepada Allah dari adzab kubur."
Beliau mengatakan itu sebanyak dua kali atau tiga kali, setelah itu beliau bersabda lagi sebagai berikut:
Jika seorang hamba yang beriman telah meninggal dunia dan menghadap ke akhirat, akan turun kepadanya sejumlah malaikat dari langit yang berwajah putih bersih seakan-akan matahari. Mereka membawa kafan dari kafan-kafan penghuni surga dan juga wewangian dari surga. Mereka kemudian duduk di suatu tempat yang dapat dilihat oleh sejauh mata memandang. Kemudian datang malaikat pencabut nyawa, lalu duduk di dekat kepalanya sambil berkata, "Keluarlah, wahai jiwa yang tenang, keluarlah untuk menuju ampunan dan keridhaan Allah."
Lantas keluarlah nyawanya dengan mengalir bagaikan mengalirnya air yang menetes dari tempat air. Malaikat pencabut nyawa kemudian mengambil ruh orang tersebut dan membungkusnya dengan kain kafan yang telah ditaburi wewangian dari surga. Dari kafan itu tercium semerbak bau wangi yang melebihi bau wangi misik yang pernah ditemui di bumi. Para malaikat kemudian naik ke langit dengan membawa kafan tersebut. Mereka tidak pernah melewati satu malaikat pun dari para malaikat penduduk langit melainkan mereka ditanya, "Ruh siapakah yang berbau wangi itu?"
Para malaikat pembawa ruh itu menjawab, "Ini adalah ruh Fulan bin Fulan, " berkat nama-namanya yang pailing baik yang mereka sebutkan sewaktu berada di dunia, mereka kemudian memohon agar dibukakan pintu langit untuknya, Lalau terbukalah pintu langit itu. Dari setiap langit, semua malaikat yang dekat dengan Allah mengantarkannya sampai ke langit berikutnya hingga mereka sampai ke langit yang ke tujuh.



Setelah mereka sampai ke angit yang ke tujuh, Allah swt.gif (980 bytes)berfirman: "Tulislah kitab hamba-Ku ini di dalam 'Illiyyin lalu kembalikanlah dia ke bumi karena Kami telah menciptakan mereka dari bumi (tanah). Kepadanya Aku kembalikan mereka dan dari dalamnya Aku mengeluarkannya sekali lagi."
Ruhnya kemudian dikembalikan ke bumi, lalu datanglah dua orang malaikat yang kemudian mendudukkannya, Mereka lantas bertanya kepadanya, "Siapakah Tuhan Anda ?"  Ia menjawab, "Tuhanku adalah Allah swt.gif (980 bytes)."  Kedua malaikat itu bertanya lagi, "Apakah agama Anda?"  Ia menjawab, "Agamaku adalah Islam."   Kedua malaikat itu bertanya lagi, "Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada Anda?"  Jawabnya, "Beliau adalah (Muhammad) Rasulullah."   Malaikat itu bertanya, "Dari mana Anda tahu ?"  Ia menjawab, "Aku telah membaca Kitab Allah swt.gif (980 bytes). Aku mengimani dan membenarkannya."
Lalu terdengarlah sebuah panggilan dari langit, "Jika memang hamba-Ku ini benar, maka hamparkanlah untuknya (permadani) dari surga, berilah ia pakaian dari surga, dan bukakanlah untuknya pintu yang menuju surga." Kemudian ruh orang yang beriman dikembalikan ke jasadnya beserta bau wamgi-wangiannya, lalu diluaskan kuburannya sejauh mata memandang.
Selanjutnya datanglah seorang laki-laki tampan yang berpakaian bagus dan berbau harum. Ia berkata, "Berbahagialah dengan segala yang membahagiakan Anda. Ini adalah hari kebahagiaan Anda yang telah Allah janjikan." Orang beriman tersebut bertanya, "Siapakah engkau? Wajahmu tampan sekali."  Ia menjawab, "Aku adalah amal saleh Anda."
Orang beriman itu kemudian berkata: "Tuhanku datangkanlah hari kiamat. Tuhanku datangkanlah hari kiamat sehingga kau dapat kembali pada keluarga dan hartaku."
Rasulullah sawk.gif (994 bytes)lalu meneruskan sabdanya:
Sementara seorang hamba yang kafir, ketika ia mati dan menghadap ke akhirat, akan turun kepadanya dari langit beberapa malaikat yang mukanya hitam sambil membawa kain kasar. Mereka duduk di suatu tempat sejauh mata memandang.Datanglah kemudian malaikat pencabut nyawa dan duduk di dekat kepalanya dan berkata, "Hai jiwa yang busuk, keluarlah kamu menuju pada kemurkaan dan kemarahan Allah."
Ruh orang tersebut lalu dipaksa keluar dari jasadnya seperti besi yang dicabut dari bulu domba yang basah dan kemudian diambil oleh malaikat tersebut.Setelah itu mereka tidak membiarkan ruh tersebut ada di telapak tangannya barang sekejap. Mereka langsung memasukkannya ke dalam kain kasar tersebut. Dari kain kasar tersebut keluar bau busuk melebihi busuknya bangkai yang pernah ditemui di dunia. Mereka kemudian membawanya ke langit. Mereka tidak pernah melewati satu malaikat pun dari kalangan penduduk langit melainkan mereka ditanya, "Ruh siapa yang busuk ini?"
Mereka menjawab, "Ruh Fulan bin Fulan." Lantaran menyebut nama0namanya yang paling buruk yang pernah ia sebut di dunia, kemudian ia mohon dibukakan pintu langit, tetapi pintu langit tidak dibukakan untuknya.
Rasulullah kemudian membaca Firman allah swt.gif (980 bytes)yang artinya, "Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak pula mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum."  (QS. Al-A'raf (7): 40).
"Tulislah buku catatan amalnya di Sijjin yang berada di bumi paling bawah." Ruhnya kemudian dilemparkan begitu saja.
Kemudian Rasulullah sawk.gif (994 bytes)membacakan sebuah Firman Allah yang artinya, "Barangsiapa yang menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia adalah seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh seekor burung, atau diterbangkan oleh angin ke tempat yang jauh."    (QS. Al-Hajj (22): 31).
Ruhnya kemudian dikembalikan ke jasadnya. Selanjutnya datanglah kepadanya dua orang malaikat lantas mendudukkannya. Mereka bertanya kepadanya, "Siapakah Tuhanmu?"  Ia menjawab, "Ee..ee..ee.. saya tidak tahu."  Mereka bertanya lagi, "Apa agamamu?"  Ia menjawab, "Ee..ee..ee.. saya tidak tahu." 
Setelah itu terdedengar sebuah pamggilan dari langit, "Jika ia benar-benar berdusta, hamparkanlah untuknya sebuah hamparan yang terbuat dari api neraka, dan bukakanlah untuknya sebuah pintu yang menuju ke neraka."  Ketika pintu itu dibuka, maka panas dan racunnya langsung menembus badannya dan kuburannya pun menjadi semakin sempit dan menghimpit badannya sehingga tulng-tulangnya berserkan.
Ia kemudian didatangi seorang laki-laki yang berwajah buruk, berpakaian buruk dan berbau busuk. Orang itu berkata kepadanya, "Berbahagialah kamu dengan sesuatu yang membinasakanmu. Hari ini adalah hari kesengsaraanmu yang telah Allah janjikan!"  Orang yang mati durhaka itu kemudian bertanya, "Siapakah engkau? Wajahmu sangat buruk." Ia menjawab, "Aku adalah amal burukmu."
Orang durhaka itu berkata, "Tuhanku, jangan Engkau datangkan hari kiamat."
Di dalam teks Imam Ahmad disebutkan, "Ketika itu Allah menjadi 'buta', 'tuli' dan 'bisu' terhadap orang tersebut. Di tangan-Nya ada sebatang besi. Jika besi tersebut ditimpkan pada sebuah gunung, niscaya gunung tersebut akan hancur menjadi debu. Allah lantas mengembalikan orang tersebut seperti sediakala. Orang tersebut dipukul lagi dengan satu pukulan hingga menjerit, sementara jeritannya dapat didengar oleh semua makhluk selain jin dan manusia."
Al-Bara' berkata, "Setelah itu dibukakan sebuah pintu untuknya menuju neraka dan dihamparkan untuknya sebuah hamparan yang terbuat dari api neraka."